“Pagi itu, saya lebih gugup dari anak saya. Dia santai makan roti, saya sibuk membayangkan skenario gagal di panggung. Padahal, yang tampil dia. Tapi jantung saya yang lomba deg-degan.”
GELISAH Itu Manusiawi...
Kita sering lupa: menjadi orang tua bukan hanya soal mendampingi, tapi juga belajar melepaskan. Lewat survei kecil ini, kami ingin tahu—apakah gelisah itu milik semua umur?
Beberapa studi dan artikel psikologi menunjukkan bahwa kegelisahan orang tua menjelang momen penting anak—seperti ujian atau pementasan—bisa melebihi kecemasan anak itu sendiri, bahkan tanpa disadari. Apakah kegelisahan ini dapat berpengaruh pada kinerja dan pencapaian sang anak, tentu bukan hal mudah untuk memberi jawaban yang dapat diterima secara umum karena banyak variable kedua sisi orang tua dan anak juga dinamika lingkungan berlangsungnya peristiwa itu atau hal eksternal yang tidak akan iurap pada bagian ini.
🧠Apa yang Dikatakan Penelitian
Parental Anxiety adalah istilah psikologis untuk kecemasan yang dialami orang tua terkait perkembangan, prestasi, dan kesejahteraan anak. Ini termasuk kekhawatiran menjelang ujian atau penampilan anak.
Gejalanya bisa berupa:
Pikiran berulang bahwa sesuatu buruk akan terjadi.
Kecenderungan menyuarakan kekhawatiran kepada anak.
Menghabiskan waktu berlebihan untuk memikirkan detail kecil.
Studi oleh Lawrence et al. (2019) menunjukkan bahwa kecemasan orang tua yang tinggi dapat memengaruhi anak, bahkan meningkatkan risiko gangguan kecemasan atau depresi pada anak.
📊 Tentang Survei
Sebagian besar survei formal lebih fokus pada tingkat kecemasan anak menjelang ujian, seperti yang dilakukan di SDN 15 Ntobo Kota Bima. Hasilnya menunjukkan bahwa dukungan keluarga tidak selalu berkorelasi langsung dengan tingkat kecemasan anak, artinya anak bisa tetap tenang meski orang tua sangat cemas.
Platform seperti menyediakan template survei untuk mengukur keterlibatan dan kekhawatiran orang tua, meski belum spesifik pada momen ujian atau pementasan.
🌼 Refleksi untuk Praktik Edukatif
Sebagai pendidik yang peka terhadap dinamika emosional, kamu bisa:
Membuat lembar refleksi atau survei ringan untuk orang tua sebelum pementasan atau ujian.
Menyediakan ruang dialog agar orang tua bisa menyalurkan kekhawatiran secara sehat.
Mengedukasi bahwa ketenangan orang tua adalah cermin bagi anak, bukan hanya dukungan verbal.
“Belajar Tenang Bersama”
“Ternyata, bukan hanya anak yang belajar tampil percaya diri. Kita pun, sebagai orang tua, sedang belajar tenang, belajar percaya, belajar mendukung tanpa mendominasi.”
Terima kasih telah berbagi rasa. Semoga gelisah kita berubah jadi doa, dan dukungan kita jadi pelita di langkah anak-anak kita.